Karya Siswa Kelompok 3
Bulan Ke-1 (16 Oktober s.d 15 November 2022)
Pembimbing : Lani Mulyani, S.Pd
Nama Penulis: Melani Amalia
Judul: Buku Harian Dini Aryani
Bentuk karya : Cerpen
Bagi Dini buku harian adalah teman sejati. Tempat yang paling dipercaya untuk menuangkan isi hatinya karena itu dia memberi nama "Melati" pada buku hariannya yang berkulit kuning emas itu.
"Mengapa Melati? Karena aku ingin kau seperti bunga melati. Meski kecil, baunya harum, dan warnanya putih bersih, melambangkan hati yang suci, selalu rendah hati, sehingga ia merasa tidak perlu memagari dahannya dengan duri-duri. Melati, kuharap kita berdua bisa tetap menjadi teman yang baik!"
Dini memang termasuk anak yang susah bergaul. Berbeda dengan saudaranya Nayla yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
Nayla adalah anak dari ibu tirinya Dini. Umurnya hanya berjarak satu tahun dengan Dini. Dini memanggilnya kak Nayla, memang mereka susah untuk beradaptasi antara satu sama lain.
Mengenai kakaknya itu pun ditulisnya dalam buku harian itu.
"Selain kau, Melati, kak Nayla juga kakakku yang cantik. Dia baik juga sangat pandai. Tapi, kenapa ya susah sekali untuk dekat dengannya. Rasanya canggung sekali, mungkin aku butuh waktu untuk bisa menerima dia dikeluargaku".
Bukan cuma itu Dini juga mengungkapkan rasa kecewanya pada si Melati, seperti malam itu.
"Melati. Hari ini aku merasa benci sekali pada papa, sebab papa tadi berkata "kau makin besar, Dini. Papa menyadari kau memerlukan seorang ibu yang yang akan mendampingimu, kala kau sedang susah. Papa kira tante Wita cocok untuk menjadi mama mu?". Bayangkan Melati. Aku akan punya ibu tiri. IBU TIRI iiiiiih! aku takut Melati. Aku tidak mau punya ibu tiri, seperti sibawang putih. Ibu tiri itu jahat!!".
Ibu Dini memang sudah lama meninggal karena sakit. Waktu itu usia Dini baru 5 tahun dan sekarang sudah 10 tahun tetapi dia tidak pernah lupa pada ibunya.
Beberapa hari kemudian dia menulis lagi dalam buku hariannya.
"Melati, mama pasti akan sedih. Sedih sekali, sebab papa membawa mamaku yang baru. Oh mama. Maafkan aku, karena mulai saat ini aku harus memanggil orang lain dengan sebutan mama".
Dini benci pada ibu tirinya itu yang dianggapnya mencoba membujuk ayahnya, agar bisa menggantikan mamanya dirumah ini.
"Hari ini aku bangun kesiangan" tulisnya dalam buku hariannya. "Mama yang membangunkanku, padahal aku masih ingin tidur, kepala ku rasanya pening sekali. Sebetulnya aku ingin mengatakannya pada mama, tetapi buat apa? Diakan cuma ibu tiri. Karena itu aku segera bangkit mengambil handuk lalu mandi. Aku juga tidak mengacuhkan teguran mama, agar aku sarapan dulu sebelum berangkat sekolah. Bahkan uang jajan yang diberikannya pun aku tidak mau.
Aku sendiri tidak tahu mengapa aku benci sekali pada mama, Melati. Mungkin karena dia ibu tiri, tokoh jahat yang ada dalam dongeng yang sering kubaca.
Barangkali karena tidak sarapan sebelum kesekolah, Dini kemudian jatuh sakit. Saat sakitnya semakin parah, Dini masih sempat saja menulis dibuku hariannya itu.
"Melati, kian hari badanku makin lemah saja. Menurut dokter aku sakit Tipus. Karena itu aku harus dirawat dirumah sakit. Aku tau selama sakit mama dan kak Nayla selalu disisiku. Aku bisa merasakan usapan mama yang lembut, ketika menghapus keringatku. Aku bisa merasakan genggaman tangan kak Nayla yang hangat seolah memberi ku kekuatan. Kak nayla yang begitu perhatian dan sangat menyayangiku dia selalu menghiburku dan membuatku tersenyum."
"Kasian aku melihat mama yang pucat karena kurang tidur. Rasanya ingin aku memeluknya.sebab kini aku sadar, dia memang mamaku! dia buka Ibu tiri! dia mamaku. Mamaku yang sejati. Mama.....mama!!"
Setelah itu halaman buku harian tersebut masih ditambah dengan kata².
"Apalagi yang akan ku tulis disini,melati? sebab kini aku mempunyai seorang mama,tempat aku mengadu bila sedang susah. Dan kak Nayla tempat aku berbagi suka dan duka bersama. Semoga engkau tidak mengangapku penghianat, bila kau juga ku serahkan pada mama untuk dibacanya".
Pembimbing : Lani Mulyani, S.Pd
Nama Penulis: Mudhia Khansa Sadidah Hakim
Judul: Tenang
Bentuk karya : Puisi
Tenang...
Tenang wahai singaku
Jangan kau lari begitu cepat
Kau akan lelah
Atau kau merasakannya disaat itu
Bangkitlah kembali
Jangan kau ratapi lukamu
Lupakan lukamu
Tenang...
Dan tenang
Pembimbing : Lani Mulyani, S.Pd
Nama Penulis: Siti Dawiyatun Napisah
Bentuk karya : Pantun
1. Jalan jalan ke blitar
Jangan lupa beli sepatu
Kalau mau jadi pintar
Rajinlah membaca buku
2. Temanku namanya minah
Minah suka minum jamu
Ayo rajinlah sekolah
Lanjutkan prestasimu
3. Bunga mawar sedang mekar
Mekar dan menjadi besar
Kita harus rajin belajar
Agar masa depan bersinar
4. Luas membentang laut biru
Indah dipandang bersama ayah
Hormatilah selalu gurumu
Supaya ilmu menjadi berkah
5. Jalan jalan ke blitar
Jangan lupa beli sukun
Kalo mau jadi pintar
Haruslah belajar dengan tekun
Pembimbing : Lani Mulyani, S.Pd
Nama Penulis: Saskia Ramadania
Judul : My Word Is Gone
Bentuk karya : Cerpen
Hai perkenalkan namaku Naisya dan aku hanya mempunyai 1 orang sahabat namanya Kayla. Aku dan Kayla sudah bersahabat ketika kita masih duduk di kelas 1 SMP dan sekarang kita sudah duduk di kelas 3 SMA. Aku dan Kayla sudah bersahabat sangat lama tentunya kami pasti sangat dekat. Kayla adalah penyemangatku dia selalu memotivasi diiriku untuk menjadi lebih baik lagi.
Suatu hari handphoneku berbunyi menandakan ada panggilan masuk dihandphoneku dan ternyata itu panggilan dari Laila teman sekelas ku aku mendapat kan kabar yang sangat membuatku terkejut.
Laila: "Nay"!
Naisya: "Ya"?
Laila: "Nay, Kayla kecelakaan"!
Yah aku mendapat kabar bahwa sahabat ku mengalami kecelakaan aku sangat terkejut dan sekaligus khawatir aku takut sahabat ku kenapa dan aku sangat takut kehilangan dia, aku pun langsung pergi ke rumah sakit tempat di mana Kayla berada untuk melihat kondisi sahabat ku itu.
Sesampainya di rumah sakit aku langsung menanyakan dimana sahabatku? Akupun bertanya ke salah satu suster disana ."Sus apakah ada pasien yang bernama Kayla korban kecelakaan tadi?" ucap Naisya sambil menunjukan kekhwatiran diwajahnya. "Ya ada, pasien Kayla sedang diperiksa di ruang UGD" balas suster itu. Dan ternyata sahabat ku masih di ruang UGD.
Aku menunggunya di luar dengan perasaan yang campur aduk luar biasa membuatku takut dan khawatir dan aku melihat ada tante Nara ibunya Kayla, tante Nara tidak berhenti menangis dan terus memelukku, sehingga membuatku jadi lebih takut akupun ikut menangis.
30 menit kemudian.
Dokter keluar dari ruangan UGD dengan baju putih nya yang berlumur darah, dan menemuiku bersama keluarga Kayla. kabar dari dokter tersebut membuat semua orang yang ada disana menangis hebat semua berteriak dan menangis, akupun hanya terdiam mencoba menangkap kata-kata yang tadi diucapkan oleh dokter itu.
Dokter itu berkata "Kayla tidak bisa diselamatkan"
Seakan dunia ku berhenti ketika mendengar perkataan itu.
"AKU KEHILANGAN SATU SATUNYA SAHABATKUUU😭 orang yang selalu ada untuku disaat aku senang maupun disaat aku bersedih dia yang selalu ada untukku dan kini dia meninggalkan kuu".
"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, sedangkan Keluarga ku?? Keluarga ku meninggalkanku, aku benar-benar kehilangan semuanya.
"Dan keluargaku meninggalkanku hidup hanya sendirian, orangtuaku bercerai ketika umur ku masih usia 11 tahun, dan saat itu aku tinggal bersama nenekku, dan ketika aku berumur 14 tahun nenekku meninggalkanku untuk selamanya dan aku hanya hidup sendirian".
Suatu hari datanglah seseorang yang kini menjadi sahabat aku yaitu Kayla Alaysa.
POV Naisya: "Kay kamu tau? aku di sini sangat merindukan mu aku tidak punya siapa-siapa lagi saat kamu sudah pergi aku hanya sendirian hidupku hampa tanpa ada kamu kay tidak ada semngat lagi dihidupku, kayla aku butuh kamu.... Aku merasa hidupku tidak berguna tanpa sosok dirimu kay aku kehilangan penyemangatku. Aku benar benar kehilangan semuanya". Kayla semoga kita bertemu lagi suatu saat nanti aku merindukan mu dan akan terus merindukan mu.
Pembimbing : Lani Mulyani, S.Pd
Nama Penulis : Alina Zakiatul Fahiroh
Judul : Ayah
Bentuk karya : Puisi
Ayah
Engkau tulang punggung keluarga
Engkau kasih sayang ibuku
Engkau ayah terhebat yang pernah kujumpai
Engkau adalah ayah yang mampu menahan kesakitan
Wahai ayah...
Aku bangga memiliki ayah seperti mu
Yang mampu berusaha keras untuk anak-anaknya
Engkau menafkahi anak dan istrinmu
Terkadang belas kasihku melihat mu yang
Bekerja banting tulang untuk keluarganya...
Keringat demi keringat menetes
Lelah dari raut mukamu, semakin terlihat
Namun engkau tetap bekerja keras
Rasa kasihan ku terus membara
Seakan akan aku ingin membalas lelahmu...
Hari demi hari kau lewati
Panas hujan debu tak pernah kau hiraukan
Yang kau hiraukan hanyalah keluarga mu
Tak terhitung begitu banyaknya lelahmu
Kau adalah cinta pertama anak perempuannya
Kau ayah terhebat bagiku
Kereeen.. Sukses selalu SATU HATI
BalasHapusHatur nuhun bapak....
Hapus