Karya Siswa Kelompok 1
Bulan Ke-1 (16 Oktober s.d 15 November 2022)
Pembimbing : Novy Citra Pratiwi, S.Pd
Nama Penulis: Syakila Maulidia
Judul: Keajaiban Yang Tak Terduga
Bentuk karya : Cerpen
Di sebuah kampung yang bernama bunga sepatu hiduplah kakak beradik mereka hidup rukun bersama walau tampa ibu dan ayah. Ibu mereka telah tiada dan ayah mereka pergi entah kemana sebelum ibu mereka tiada. Suatu hari Rina(kakak) pergi mencuci baju ke sungai semetara Rafa(adik) pergi mencari kayu bakar. Saat di perjalanan pulang Rafa sedih karena tidak mendapatkan kayu bakar ia bertemu dengan seorang kakek yang terlihat keberatan membawa setumpuk kayu bakar yang sangat banyak Rafa ingin membantu kakek itu Rafa bertanya
"kek apakah kakek keberatan? Boleh kah saya membantu?"
Tanya Rafa sambil tersenyum kepada si kakek kemudian kakek menjawab dengan wajah yang terlihat sangat lelah
"Terimakasih anak muda kau sungguh baik ingin membantu kakek yang payah ini."
Jawab kakek itu keliatan bahagia kemudian Rafa menjawab sambil berjalan besama kakek itu.
"Sudah seharusnya kita saling membantu."
Tak lama kemudian mereka sudah berada di dekat kampung bunga sepatu kakek itu berkata kepada Rafa
"Anak muda kita sudah sampai terimalah ini sebagai tanda terimakasih kakek kepada mu"
Kakek itu memberikan sebagian kayu bakar itu dan satu mangkuk yang berwarna kuning keemasan kemudian Rafa menjawab.
"Tidak usah kek saya ikhlas membantu kakek"
Kakek menjawab
"Terimalah anak muda kakek tahu kamu pergi kehutan untuk mecari kayu bakar terimalah dan mangkuk ini sebagai tanda terimakasih dari kakek."
Kake berkata sambil memberikan mangkuk itu kepada Rafa. Rafa memandangi mangkuk itu kemundian saat ia ingin berterimakasih kakek sudah tidak ada hanya ada setumpuk kayu bakar di depannya
"Terimakasih kek... eh dimana kakek..kek...kek?"
Sambil berjalan menuju rumah Rafa membawa mangkuk itu dan sebagian kayu bakar yang telah di siapkan tak terasa ia sudah berada di depan rumahnya kakak nya sudah menunggu dan melihat mangkuk yang di pegang adiknya itu dan bertanya
"Rafa dari mana kamu mendapatkan mangkuk ini?"
Rafa menjawab dengan wajah yang masih kebingungan
"Aku mendapatkan dari kakek tua yang sudah ku bantu ia memberikan mangkuk sebagai tanda terimakasih."
"Ooh jadi begitu boleh kakak gunakan mangkuk ini?"
Tanya Rina kakak nya rafa menjawab
"Tentu saja boleh"
Rafa memberikan mangkuk itu kepada kakaknya namun aneh nya saat kakak nya tak sengaja menaruh satu biji beras tiba tiba beras itu berubah menjadi semangkuk nasi kakak nya bingung dan bertanya.
"Apa apa yang terjadi?"
Rafa yang menemani kakanya memasak ikut kebingungan. Namun karna rasa penasaran mereka meletakan satu lembar daun kangkung kemudian "bumm" berubah menjadi sayur kemudian mereka menyadari bahwa mangkuk ini adalah mangkuk ajaib mereka bersyukur bisa memilikinya mereka berjanji akan menggunakan manguk itu sebaik baik nya.
Pembimbing : Novy Citra Pratiwi, S.Pd
Nama Penulis: Mutiara
Judul: Apa Salah Raya ya?
Bentuk karya : Cerpen
Pada saat itu hari kelulusan ku, ah ngomong ngomong aku sekarang duduk di kelas 9 smp dan namaku adalah raya, Naraya.
Aku sedang bersiap-siap untuk hari ini, ini hari kelulusan ku. Aku sudah siap untuk berangkat dan Sekarang aku sedang menunggu kakak ku untuk mengantarkan aku ke sekolah ibu mungkin akan menyusul nanti datangnya. Aku sudah sampai dan melihat teman teman seperti biasa sudah menungguku di depan gerbang sekolah, mereka terlihat cantik. Kami masuk ke dalam ruangan karena acara pembagian raport sudah akan di mulai satu persatu nama dari absen di sebut dan maju ke atas panggung bersama orang tuanya aku menunggu namaku di sebut. Aku bertanya kepada Alisa teman kelasku "ca, mama kamu mana kok belum kelihatan, ini sebentar lagi giliran kamu loh" ujarku kepada Alisa yang lebih sering di panggil Caca "aku ambil raport nya sama ayah. Tapi ayah mana ya kok lama banget?" Tanya Alisa
Nama Alisa sudah di panggil mau tidak mau dia harus maju ke panggung untuk mengambil raport nya tiba-tiba dari kejauhan datang seorang pria paruh baya membawa bucket Bunga besar yang hampir menutupi wajahnya Alisa dengan perasaan lega tersenyum ke arah pria tu, sepertinya itu ayahnya. Tapi aku agak familiar dengan perawakan nya.
Alisa turun dan memeluk pria itu, dia menyodorkan bucket besar tadi kepada Alisa, sepertinya ayahnya bangga Alisa menjadi juara kelas pria itu duduk di sebelah kiri Alisa yang duduk di sebelah ku, pria itu membuka maskernya. Aku benar-benar terkejut saat melihat bahwa ayah Alisa adalah ayahku mataku berkaca-kaca melihat ayah yang menghadiri acara kelulusan ku meskipun dia datang bukan untukku aku mendengar jelas bahwa ayah Alisa ah atau ayah ku berbicara bangga memiliki anak sepertinya mataku tiba-tiba berkaca kaca Alisa yang duduk di sebelah ku menyadari bahwa daritadi bahu ku bergetar seperti sedang menahan untuk tidak menangis
"Eh, Ray kenapa?" Kata Alisa yang menatapku aku tidak melihat ke arah nya dan langsung menjawab "eh aku gak kenapa kenapa ca?" Ujarku sekarang giliran ku untuk maju ke depan bersama ibu, ibu tiba tiba mengelus punggungku dan berkata "udah ya jangan murung terus ya" katanya sambil tersenyum tipis.
Aku melihat Ayah yang sedang sendirian mencari Alisa yang hilang entah pergi kemana aku berniat untuk menghampiri ayah jika kalian bertanya kenapa aku sangat berani untuk menghampirinya itu karena aku benar-benar merindukan ayah seperti tiba-tiba saja ada yang mendorongku untuk menemui nya hanya untuk mengobrol sedikit. Dia menatapku dari atas sampai bawah dan hendak pergi aku pun membuka mulut dan bertanya "Ayah bisa raya bicara sebentar saja?" Tanyaku "saya buru-buru, mau mencari Alisa" aku pun mengatakan kepadanya "ayah raya rindu ayah, ayah dari mana saja?, Kenapa ayah menikah lagi?, Apa kita tidak bisa seperti dulu lagi?...." Raya berhenti sebentar karena menahan tangisannya yang sudah tidak bisa terbendung lagi pria itu membalikkan badannya dan menatap raya "omongan kamu tidak jelas, jelas jelas saya ini ayah Alisa bukan ayahmu" ujarnya sambil menekan kata ayah nya "kenapa ayah benci raya? Apa salah raya?" Kata raya sambil sesenggukan menangis "kamu sudah tau bukan apa jawaban saya? KARENA KAMU ITU SEPERTI IBU KAMU, MUDAH DI BODOHI ,TIDAK TAU MALU DAN TIDAK ADA YANG BISA DI BANGGAKAN DARI KALIAN BERDUA. sudahlah tidak berguna juga saya marah marah kepada kamu, kalian berdua menjijikkan" raya masih menundukkan kepalanya dan menangis dia benar benar tidak menyangka bahwa ayahnya akan berkata seperti itu dia marah,kecewa,sedih dan masih tidak percaya kata kata ayahnya masih berdenging di telinga nya dia pulang dengan mata sembab dan suara hampir habis karena menangis.
Pada saat itu juga aku berharap tidak pernah lagi bertemu dengan pria seperti itu, pria yang menyakiti dua hati sekaligus, ibu dan aku....
Pembimbing : Novy Citra Pratiwi, S.Pd
Nama Penulis: Uswatun Hasanah
Judul: Cerita Hari Minggu
Bentuk karya : Cerpen
Pembimbing : Novy Citra Pratiwi, S.Pd
Nama Penulis: Nazwa Destyana Puteri
Judul: Cahaya Mimpi
Bentuk karya : Puisi
Rintik hujan membasahi rambut
Begitu indah mengulang masa yang tlah luput
Ku tersenyum dengan seribu luka
Ku rahasiakan dengan beribu tawa
Ku bahagia di selimuti sandiwara
Hidup...
Kurasa tlah meredup
Memberikan luka yang tak pernah cukup
Tuhan...
Apakah takdir hidupku serumit ini?
Hidupku sepi bagai lorong sunyi
Ku jejaki lorong kosong berharap ku temukan cahaya mimpi
Yang dapat membuatku bahagia dengan murni
Meski tak kan bisa tuk kembali lagi.
Pembimbing : Novy Citra Pratiwi, S.Pd
Nama Penulis: Neng Salwa
Judul: Penuh Dengan Kata Kecewa
Bentuk karya : Puisi
Dunia telah mengajariku mempertahankan diri
Mempertahankan diri dari segala penyakit hati.
Dunia lebih bermakna daripada cinta
Keindahan dunia membuatku terpesona
Dibandingkan dengan sebuah cinta yg kasat mata
Membakar segala benci dan dendam curiga.
Cinta hanya membuat kita meneteskan air mata
Membuat hati terluka
Dan memendam rasa kecewa.
Bila ku menyusuri kali kenangan
Dengan syahdu malam
Dan terdengar banyak keluhan
Dari batu hati yg terendam.
Yg kubayangkan hanyalah kegelapan yg mendalam.
Baiknya jadi diri sendiri
Dibanding menjadi seseorang yg sering tersakiti
Dibawakannya perilaku keji dan dengki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar