Karya Guru Pembimbing 2
Bulan Ke-2
Hanifah Munfarijah, S.Pd, Gr
Jenis Karya: Cerpen
Judul :
DIALOG HATI
“Percakapan kadang terjadi dengan
hati mu, untuk menemukan solusi
Kaupun bercengkarama dengan pikiran
mu”
Langit sudah mulai mendung, awan-awan hitam tampak menghiasi membentuk pola gumpalan pekat disertai angin. Akhir-akhir ini cuaca sudah tidak bersahabat. Terkadang terik dipagi hari, berganti dengan guyuran hujan yang cukup deras sampai malam hari.
Aku bergegas menuruni anak tangga yang menuju ruangan ku, tak ingin berlama-lama karena hujan nampaknya akan segera turun. Baru saja aku sampai di mejaku, eh ternyata hujan sudah mulai turun dengan cukup derasnya. Hmmm…sepertinya aku harus sabar menunggu. Yah…sudahlah aku duduk saja dulu menunggu hujan reda.
Alunan suara hujan terdengar cukup jelas, membuat melodinya sendiri, menjadi karakter musik dan menghantarkan ku untuk berpikir, mengingat, dan merenung sejenak berdialog dengan hati tentang apa yang sedang terjadi.
Kadang bukan sekedar ingin berlari, tapi rasanya ingin pergi tak kembali tanpa menoleh lagi. Tapi apalah daya kenangan itu seakan tak mengizinkan ku pergi seutuhnya, seperti jalan ditempat, perubahan hanya terjadi beberapa saat, yang berbeda hanyalah ritme dan saura hentakannya saja.
Aku menarik napas dalam-dalam, hanya untuk menghempaskannya menghilangkan rasa kesal yang sedari tadi mengungkung kebebasan ku untuk tertawa. Sebal rasanya bila sudah berada diposisi seperti ini, sungguh dilema, selalu serba salah, tetapi sialnya tuntutan itu akulah yang memilihnya dan dengan suka rela akupun menerimanya. Huft…Sudahlah memang harus kujalani walaupun kadang tersa berat.
“Berat ….?”
“Hai apa maksud mu ….?”
“Kalau kau menganggapnya beban, tentu saja semuanya akan sia-sia, semua takkan berubah hanya dengan mengeluh saja. Ayolah jangan menarik diri mu untuk bersembunyi dibalik tirai alasan, karena seribu langkah didepan selalu diawali dari satu langkah pertama, bukankah begitu …?”
Akupun terdiam memikirkan apa yang harus kulakukan untuk langkah selanjutnya. Tentu saja keputusan yang diambil haruslah bermanfaat untuk ku, keluarga ku, dan orang disekitarku. Benar aku tak ingin semuanya sia-sia, berlalu tanpa arti.
“lalu apa yang harus aku lakukan, jalan mana yang harus ku tempuh?”, beribu fatamorgana mengajakku berpikir keras agar tidak terjebak pada atmosfer ilusi.
“Tak perlu menjadi hebat untuk memulai sesuatu, tetapi beranilah untuk memulai supaya kau tahu seberapa mampu diri mu. Kau takkan tau akhirnya tanpa memulainya”
“Tapi kadang ragu itu datang mendera, benar?”
“Tentu saja”
Keraguan adalah hal wajar yang dirasakan, karena kita tentunya memiliki beberapa pertimbangan dalam melakukan sesuatu, apalagi terhadap hal penting dan menyangkut banyak orang.
Tentu saja, kadang kita akan merasa ragu. Disanalah dibutuhkan kematangan dan kedewasaan berpikir.
“Berpikir …”
Didalam Al-Qur’an sendiri perintah berpikir ini berulang kali ditegaskan agar terus diamalkan dan diulang-ulang dalam banyak ayat. Seperti QS. Al-Hasyr [59] ayat 2 yang artinya “maka berpikirlah, wahai orang-orang yang berakal budi”. Tak ada salahnya jika merasa ragu karena kita memang perlu berpikir. 😊
Tak terasa dialog ini sudah cukup lama dan panjang, hujanpun di luar sudah mulai reda. Aku bergegas membereskan perlengkapan kerja ku kedalam tas ransel, sambil sesekali mengecek pesan di whatsapp yang dari tadi belum aku baca. Ah banyak juga pesan yang masuk.
Baiklah hati mari kita awali segala sesuatu dengan niat yang baik, kembali pada tujuan awal yang seharusnya memang menjadi acuan untuk memberikan manfaat. Takkan ada hasil yang sempurna tanpa pengorbanan yang ikhlas. Manusia hanya berencana, berusaha dan berdo’a meminta segala kebaikan dari sisi-Nya, sedangkan untuk hasil kita kembalikan kepada Sang Pemilik hati.
Hati-hati dengan hati mu….. 😊 😊
💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖
Tidak ada komentar:
Posting Komentar